Saturday, April 21, 2012

Redefine The Personal Goals

Berawal dari pertemuan saya dengan seorang Trainer dan Master Hypnotherapi, Mr. Bassem Al Attar, saya jadi tergugah untuk kembali menulis. Pada awalnya beliau memberikan presentasi tentang "How to achieve company goals", sebuah pelatihan tentang manajemen perusahaan yang sebetulnya topiknya kurang saya sukai. Mungkin karena sudah habitat saya sebagai kuli pabrik, sehingga hal-hal tentang manajerial kurang bisa masuk di otak saya.

Di tengah-tengah session, beliau sedikit menceritakan tentang personal goals (tujuan-tujuan pribadi). Bahasannya membuat mata saya yang sudah agak terkantuk-kantuk, menjadi melek kembali. Apa yang beliau sampaikan sebetulnya sudah saya sering dengar sebelumnya saat kuliah dan awal-awal bekerja dahulu. Karena dulu saya sering mengikuti program semacam Achievement Motivation Training, dsb. Tapi seolah-olah terlupakan begitu saja setelah saya berada di comfort zone. Apabila sudah 3 tahun bekerja di Qatar, dengan segala sesuatunya yang tercukupi (alhamdulillah...).

Maka dari itu, judul dari postingan pertama dari blog baru saya ini adalah Meredefinisikan Tujuan-Tujuan (hidup) Pribadi. Sebuah judul yang menggugah, dan semoga sekaligus menjadi momentum kembalinya ide-ide cemerlang dari otak saya untuk dituliskan. Sesuatu yang hilang dari hidup saya selama beberapa tahun belakangan ini.

Perlu dibedakan antara Tujuan (goal) dan harapan (hope). Tujuan adalah cara (how) untuk mendapatkan apa yang kita inginkan. Sedangkan harapan adalah apa (what) yang kita inginkan. Misalnya: kita sekedar ingin punya rumah mewah, ini adalah harapan. Sedangkan disebutkan tujuan, apabila kita membuat statement yang jelas, seperti: Saya ingin punya rumah seharga dua ratus juta, dengan cara menabung 5 juta per bulan selama 40 bulan (3 tahun) dimulai dari bulan ini.

Sebuah tujuan (hidup) yang baik mempunyai beberapa kriteria. Orang manajemen biasa menyingkatnya dengan akronim SMART. Specific, Measurable (terukur), Achievable (dapat tercapai), Rewarding (menjadi penghargaan bagi diri) dan Time bound (batasan waktu).  Contoh yang saya sebutkan sebelumnya, walaupun kelihatan simpel, tapi memenuhi lima unsur SMART itu.

Mr. Bassem Al Attar membaginya menjadi beberapa bagian, yaitu: Physical goal, Intellectual goal, Financial goal, Family goal, Spiritual and Community goal dan yang terakhir adalah Career goal.

1. Physical Goal
Sejauh mana kita mencintai diri kita sendiri. Inginkah kita hidup sehat, panjang umur, jarang sakit. Jadi tetapkan goal anda, seberapa sering anda akan berolahraga atau bagaimana mengatur menu makanan yang sehat.

2. Intellectual Goal
Ada sebuah quote yang sangat saya sukai, "Brain can't stop thinking. If we don't fill it with positive things, it will be occupied by negative ones". So, mulailah dengan belajar sesuatu. Bisa mulai belajar bahasa baru, melanjutkan kuliah, ambil kursus gratisan di internet.

3. Financial Goal
Ada tiga tingkatan seseorang dalam hal keuangan: In Debt --> Saving --> Investing. Dimanakah posisi anda? Apapun posisi anda sekarang, mulailah memikirkan cara untuk "naik kelas" ke tingkatan yang lebih tinggi. Set waktu kapan hutang bisa dilunasi, kapan mulai menabung untuk keperluan masa depan, dsb.

4. Family Goal
Buat anda yang belum menikah, kapan mau menikah. Buat anda yang sudah punya momongan, buatlah rencana yang terbaik untuk buah hati anda. Dimana mereka akan bersekolah, dsb. Sisihkan waktu untuk bermain bersama anak-anak dan mendengarkan curhatnya.

5. Spiritual and Community Goal
Kapan anda ingin berhaji? Mulailah direncanakan dari sekarang. Tujuan (hidup) yang satu ini bisa juga digabung dengan family goal. Misalnya coba bawa anak-anak anda ke Panti Asuhan untuk bermain-main bersama anak-anak yatim piatu.

6. Career Goal
Berkaitan dengan pekerjaan anda, sampai kapankah anda bekerja di perusahaan anda sekarang, jabatan apakah yang anda inginkah.

Well, postingan ini sebetulnya saya tulis untuk mengingatkan diri saya sendiri. Saya memang merasa bahwa selama ini tujuan hidup yang saya set sebelumnya karena satu hal, zona kenyamanan.  Comfort zone memang virus yang nyaman, pelan-pelan kita menikmati sampai lama-lama jadi kebal. Jadi teringat kata-kata dari sahabat saya Muh. Assad dalam bukunya Notes_From_Qatar, "no growth in comfort zone, no comfort in growth zone".

Bersama Muh. Assad (penulis buku Notes From Qatar)


Kelihatannya klise ya... tapi tetap saya selalu berusaha menjalankan yang terbaik, setidaknya bagi saya dan keluarga saya.

Doha, 21 April 2012 at 01:23 am
Sasongko Adjie   

P/S: Profil Bassem Al Attar bisa didapatkan di laman ini.
  

No comments:

Post a Comment