Di era globalisasi ini, informasi merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan seseorang. Berita, baik dari media cetak (yang sudah mulai tergusur) dan dari media elektronik, seakan membanjiri hidup kita setiap harinya. Tanpa terasa kitapun menjadi korban "kecanduan" informasi, yang tidak bisa hidup tanpa informasi sedetikpun.
Lihat saja berita TV belakangan ini, kasus politik, korupsi, sampai perdukunan, bahkan hal-hal yang sepele diangkat menjadi berita. Saya berpikir apa tidak ada berita lain yang lebih membangun masyarakat ke arah yang lebih positif. Jaman Pak Harto dulu ada berita kelompencapir, yang banyak mengupas kesuksesan pertanian dan pembangunan (walaupun semu) sehingga khalayak lebih berpikir positif untuk bekerja keras untuk mencapai kesuksesannya.
Internet, hal yang dapat mengkoneksikan kita dengan siapa saja dan dimana saja, sudah ada dalam genggaman. Cukup dengan HP murahan, kita bisa browsing apa saja. Bangun tidur kelewat ga nonton bola, tinggal buka internet, udah muncul skornya. Facebook dan twitter bisa menghubungkan kita dengan kawan lama, serta mengetahui apa yang sedang dia, atau presidenpun, yang sedang kerjakan.
Belum lagi di bidang ekonomi, harga-harga barang bisa naik turun karena informasi yang belum pasti kebenarannya. Sedikit saja isu terpercik, semua orang terpengaruh. Beberapa minggu lalu, harga emas yang biasanya bergerak naik dengan lambat, tiba-tiba anjlok gara-gara isu-isu tertentu.
Berkaitan dengan "kebanjiran" informasi itu, kadang saya merindukan hidup di desa yang tidak ada listrik, TV ataupun sinyal HP. Sepertinya damaiiii gitu. Asal bisa makan dengan hasil bumi yang ada, bisa cukup membuat kenyang tanpa harus memikirkan inflasi. Dan bisa tidur pulas sampai bangun pagi esoknya, tanpa harus memikirkan utang...
No comments:
Post a Comment